20 November 2024

Kawasan Monumen Jadi Tempat Parkir Liar Sampah Berserakan

 Bandung, Majalahmahardika.- Kawasan monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (Monju), kini dijadikan tempat parkir liar. Akibatnya pelataran jalan di dalamnya, berubah lagi menjadi kumuh, berserakan sampah bekas makanan.


Apabila hal ini tidak ditertibkan oleh pihak monument, khususnya yang membawahi kawasan monumen perjuangan ini yaitu Provisi Jabar. Tidak menutup kemungkinan akan segera "hancur" dengan hilangnya beberapa fasilitas atau rusaknya fasilitas yang sudah diperbaharui.

Hampir 3 bulan lalu, bagian belakang tugu monument sekelilingnya banyak sampah berserakan, tidak seorang pun yang berusaha untuk membersihkan. Apalagi batas benteng monumen dengan pasar/pkl haurpancuh kini dijadikan penyimpanan barang milik pedagang, makin kumur terlihat jelas.


Dalam kurun waktu sebulan ini ratusan bus masuk untuk parkir di halaman tugu, dengan membayar parkir antara Rp25.000 sampai Rp50.000, padahal pihak keamanan/satpam monumen yang pos jaganya hanya beberapa meter, mengaku tidak menerima uang parkir yang konon dikelola oleh orang luar dan oknum.


Darimana bus parawisata itu berdatangan? ternyata bus bus yang jumlahnya tidak sedikit itu, para penumpangnya yang berkunjung ke Geologi Jl Dipenogoro. Karena di badan jalan ini dilarang untuk parkir akhirnya diarahkan oleh orang yang tidak diketahui asal dari mana. Jelasnya tidak mungkin diijinkan untuk parkir di monument, apabila tidak ada oknum yang berbagi hasil. Jelasnya tidak masuk kepada pendapatan daerah asli.

Selain sampah sampah sisa makanan para awak bus dan pendatang juga sampah sisa para pedagang kaki lima yang setiap minggu menjajakan dagangannya, berserakan tidak ada yang membersihkan. Padahal menurut beberapa pedagang, uang retribusi liar untuk sampah dan uang keamanan sudah dikutip oleh para pengutip "Preman-preman".

Taman monumen yang baru saja selesai tahap perbaikan menjadi taman bermain anak anak tanpa dipungut tiket alias gratis, kini keadaannya sudah mulai memprihatinkan. Seperti rumpur sintetis mulai ada yang copot, beberapa lamu sudah tidak menyala. Seolah tidak dirawat dengan baik.

Padahal dana yang dikeluarkan provinsi tidak kurang dari 50 miliar, untuk mempercantik beberapa taman yang ada di monument.


Setelah selesai satu tahun lalu, lahan lahan tersebut diperebutkan oleh para pedagang dan muncullah komunitas para pedagang yang didalamnya ada beberapa oknum oknum.

Mulai dari lapak tempat berdagang, sampai kepada lapak parkir diperebutkan. Mereka datang dari luar daerah, sedangkan warga yang tidak jauh dari lingkungan monument atau karang taruna RW RW sekitarnya jarang yang turut ambil bagian.

 Diperparah oleh munculnya preman preman, berebut ingin mengelola dan mendapat jatah uang keamanan. Karena tergiur oleh nilai uang yang tidak sedikit, bisa dibayangkan 1000 PKL dikutip antara 2000 sampai 10000 cukup menggiurkan, belum uang kebersihan dipungut lagi secara terpisah.

Kemana larinya uang tersebut? ternyata dibagi bagi dengan para oknum aparat. Kalau tidak dibagi, niscaya tidak bisa berdagang di tempat itu.


Tidak ada komentar: