04 September 2024

Menakar Peluang Menang

Kontestasi pilkada di Kota Cirebon makin 'membara'. Para pasangan calon wali kota mulai over verseneleng ketingkat yang lebih tinggi. Mesin mesin partai pengusung n pendukung mulai diisi bahan bakarnya. Semuanya mengaku optimis memenangi 'pertandingan' 5 tahun sekali ini. Sebagai mantan Wartawan era 80 sampe 98 , tentu punya pengalaman menarik untuk saya tuangkan dalam essai singkat, yang mungkin bisa bermanfaat bagi para pasangan maupun para calon pemilih yg sudah tercatat di Daftar Pemilih Tetap yg sudah ditetapkan oleh pihak berwenang. Tata cara dan sistem pemilu saat ini tentu sangat jauh berbeda dgn tempo doeloe. Sekarang ini secara aturan, kedaulatan rakyat pemilih lebih dominan menentukan tentang siapa yg bakal menjadi pemenang. Oleh karena nya pantas disebutnya sebagai Pesta 'rakyat' Demokrasi. Sahabat penulis yg berbahagia, saya ingin mencoba menakar ketiga pasangan yang sedang berkontestasi. Tulisan ini tidak lebih dari sebagai hak penulis berpendapat yang dilindungi oleh Undang Undang. Menurut Daniel Garman yg diolah lagi okeh Dr. Ari Ginanjar, suksesnya sebuah tujuan akan dipengaruhi oleh gabungan Intelektual Quantum, Emosional Quantum dan Spiritual Quantum. Saya percaya, ketiga pasangan itu adalah pasangan putra putri terbaik bangsa yg berniat utk membangun kota Cerebon ke arah yg lebih baik. Sekaligus mentasbihkan, bahwa saat ini tata kelola pemerintahan Kota Cirebon sedang tidak baik baik saja. Sehingga saat ini warga Kota Cirebon sedang 'BerBeres' mencari 'Idola Baru', untuk menemukan pemimpin yang Religius, Bermartabat dan Berkelanjutan. Unsur IQ , saya tdk meragukan. Dari ketiga nya memiliki IQ di atas rata rata. Mereka punya ilmu, punya teknologi dan punya pengalaman di bidang nya masing masing. Buktinya, dengan ilmu, mereka lahirkan visi n misi yg bagus bagus. Tapi. Jangan salah. Menurut peneliti , salah satu penelitinya, DR. Ari Ginanjar, bahwa faktor IQ hanya bisa berkontribusi 10 sampai 20 pct. Ada faktor yg lebih penting adalah faktor EQ. Kemampuan berkomunikasi, kemampuan membaca dari ygg tidak tertulis dan kemampuan mendengar dari yang tidak diucapkan. Dengan kata lain mereka yg memiliki kepekaan politik, kepekaan ekonomi, kepekaan sosial dan kepekaan budaya, akan menjadi pilihan warga. Para pasangan harus paham tentang untuk apa Kita , di mana kita dan siapa kita. Penulis sendiri tidak punya referensi apakah pragmatisme itu termasuk dalam EQ. Tapi fakta tak bisa dibantah, bahwa pragmatisme sudah begitu akut di tengah masyarakat. Popularitas, Elektabilitas nyaris bisa dikalahkan oleh Isitas. Siapapun pasangan yang mampu mengembangkan EQ, dialah yg akan jadi pemenang. Para pasangan yang mampu menjadikan dirinya memahami 'siapa kita' dengan praktek yang beradab, tentu akan disukai pemilih. Para calon pemilih tentu akan akan merasakan sendiri dan menimbang sendiri pasangan mana yg akan dipilih. Semoga bermanfaat. Djodjo Sutardjo-Cirebon

Tidak ada komentar: